Show simple item record

dc.date.accessioned2021-05-10T09:33:55Z
dc.date.available2021-05-10T09:33:55Z
dc.date.issued2020-11-07
dc.identifier.urihttp://dspace.uc.ac.id/handle/123456789/3294
dc.descriptionDewey’s reflective experiences menjadi salah satu basis pengembangan entrepreneurial learning method (Pepin, 2012) karena filosofi tersebut sejalan dengan entrepreneurial learning yang mengadalkan pada action based, mendekatkan learners ke real world dan bersifat iteratif. Reflective experience menjadi dasar untuk membangun kompetensi entrepreneurial atau being enterprising. Perkembangan entrepreneurial knowledge bersifat gradual dan dihasilkan dari proses pengalaman yang dijalani (Higgins & Elliott, 2011). Dengan kata lain, kompetensi entrepreneurial berkembang karena ada experience yang dialami oleh learners. Gibb (2011) percaya bahwa entrepreneurial learning adalah tindakan untuk menciptakan nilai yang melibatkan proses emosi serta proses transformasi knowledge ke strategi problem solving. Dia menyarakan bahwa practice based atau learning by doing menjadi metode yang tepat untuk entrepreneurial learning. Man (2012) selanjutnya mengkongkritakan ini dengan mengembangka n entrepreneurial learning dari behavioural perspective. Dia percaya bahwa keberhasilan proses belajar dapat dilihat dari proses individu mengiterpretasi dan memaknai eksperience yang dialami melalui proses yang iterative dan interactive. Dia menyimpulkan bahwa “learning is essentially an experiential, cognitive, iterative, and interactive process” (p.551). Researchers lain seperti Politis (2005) dan Wang and Chugh (2014) menguatkan bahwa entrepreneurial process adalah experiential process. Dua proses exploration dan exploitation (Shane & Venkataraman, 2000) menjadi dua proses of entrepreneurial learning (Wang & Chugh, 2014). Experiential exploration adalah process of learning yang dimulai dengan berempati pada permasahan atau kebutuhan masyarakat dan menyesuaikan dengan kemampuan dan potensi yang dimilik i nya. Sinkronisa s i antara potensi untuk menghas ilka n value dengan kebutuhan atau problem ini inline dengan reflective observation dan abstract conceptualisation dari Kolb’s experiential learning model. Experiential exploitation adalah tindak lanjut dari proses exploratio n yaitu tahap untuk menguji coba melalui active experimentation untuk menentukan apakah value dapat dieksekusi. Bagian lain dari exploitation ini adalah menawarkan value ke masyarakat yang dituju. Tahapan ini setara dengan concrete experience dari Kolb’s learning model. Secara singkat, Rae (2017:487) menulis “entrepreneurial learning as an experiential process of learning to recognise and act on opportunities and of shared value creation”.en_US
dc.description.abstractMENGALAMI SECARA NYATA MEREFLEKSIKAN PENGALAMAN DAN PENGAMATAN MENGKOSEPKAN APA YANG DIALAMI DAN DIOBSERVASI MENCOBAKAN HAL BARU YANG DIGAGASen_US
dc.publisherUniversitas Ciputra Surabayaen_US
dc.subjectWhy Experiental Learningen_US
dc.titleExperiental Learningen_US
dc.typeArticleen_US


Files in this item

Thumbnail
Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

  • Experiental Learning
    Experiential learning mengubah perilaku belajar menjadi selfRegulated yang mendorong siswa untuk mempunyai komitmen untuk fully engage to plan and monitor

Show simple item record