PERANCANGAN GAUN MICROWEDDING MULTILOOK BERBASIS FILOSOFI BUDAYA ADAT TIONGHOA DENGAN APLIKASI TEKNIK BORDIR & BEADING
Abstract
Pernikahan mikro adalah salah satu bentuk tren pernikahan sedang yang berkembang dan banyak diadopsi, akibat dampak dari pandemi virus Covid-19. Adanya pandemi virus Covid-19, membuat masyarakat menjadi sadar akan pentingnya menjaga kesehatan dengan mengubah gaya hidup mereka sesuai protokol yang dianjurkan pemerintah. Kehidupan yang berlangsung di tengah pandemi virus Covid-19, membuat banyak orang menghadapi ketidakpastian setiap harinya. Di awal pandemi Covid-19 menyerang Indonesia, banyak sekali pasangan yang akhirnya memutuskan untuk melakukan penundaan hingga pembatalan perayaan penikahan besar yang semula sudah mereka rencanakan, hingga keadaan membaik. Namun karena ketidakpastian kapan pandemi ini akan berakhir, dilema ini pada akhirnya membuat banyak pasangan berpikir untuk merubah konsep pernikahan mereka menjadi pernikahan mikro, agar mereka tetap bisa melangsungkan acara pernikahan di masa pandemi. Adanya perubahan tren perayaan yang semula besar menjadi mikro, berdampak juga pada perlunya penyesuaian lokasi pernikahan, busana pernikahan, protokol kesehatan, dan batasan tamu undangan untuk acara mikro. Melihat adanya masalah tersebut, brand Giovanni Lexandrosth ingin mengambil peluang untuk menciptakan busana pernikahan yang sesuai untuk konsep pernikahan mikro. Ide perancangan tersebut adalah busana pengantin wanita dengan siluet kecil untuk acara kecil dengan nilai multilook, sehingga dapat mengakomodasi beberapa tampilan untuk acara pemberkatan, resepsi, hingga upacara pernikahan adat Tionghoa. Pada penelitian, metode yang akan digunakan adalah metode wawancara dan observasi secara kualitatif, dimana target penelitian tertuju pada kelompok orang yang lebih spesifik yaitu 12 extreme users calon pengantin wanita yang akan menikah dengan mengadopsi konsep pernikahan mikro, dan 6 orang experts yang meliputi 2 wedding gown fashion designer, 1 chinese calligrapher, 1 wedding organizer, 1 embroidery artisan, dan 1 wedding fashion stylist. Dalam pengerjaan perancangan ini, busana pengantin akan dikembangkan dengan menggunakan teknik bordir manual, penggalian motif filofosi budaya adat Tionghoa, serta teknik payet untuk menghasilkan produk hasil akhir yang mendetail dan mewah.