| dc.description | Misalnya dengan masa pembangunannya. Gereja yang cukup megah bergaya Eropa itu mulai dibangun 1899. Dibangun dengan bantuan arsitek W. Westmaas dari Semarang, gereja tersebut baru diresmikan pada 5 Agustus 1900.
“Memang sangat tua. Kemarin kami dari komunitas bersama pihak pemerintah Kota Surabaya dan pihak gereja melakukan pertemuan untuk membahas perawatan gedung itu,” kata Pustakawan Sejarah Universitas Ciputra Chrisyandi Tri Kartika. Pengunjung yang datang dapat melihat langsung megahnya bangunan itu. Nampak tinggi dan lebar. “Serasa berada di Eropa. Konon, pada masa perang kemerdekaan, gereja tersebut sone hancur terkena bom Megahnya Gereja Sekitar tahun 1949- 1950, renovasi gereja baru
dilakukan oleh Pastor P.A. Bastiansen Congre- gatio Missionis (CM). Renovasi sendiri dilakukan dengan memakai jasa biro arsitek Henri Estourgie. Pada 1960, Gedung gereja sempat direnovasi kembali.
Gedung tersebut direnovasi pada masa pelayanan Pastor H.J.G. Veel CM, untuk mengganti kaca- kaca jendela. Lalu pada 1996 Gereja Kepanjen Kembali direnovasi lagi.
Dua menara di samping kanan dan kirinya yang sempat tak terpasang pada renovasi sebelumnya akhimya kembali dipasang. Bahkan menara itu mencapai ketinggian 15 meter. Sementara tinggi salib mencapai 3,75 meter dan ayam jago 3,50 meter. Chrisyandi mengatakan, komunitas akan memban- tu pihak gereja dalam mengumpulkan data. Yaitu bagian mana saja yang perlu diperhatikan lebih. Data itu nantinya akan diberikan ke gereja untuk diajukan ke Pemkot Surabaya dalam hal ini tim BCB-nya.
“Kalau saya lihat semua bangunan perlu pemeliharaan. Karena ini hubungannya dengan fisik bangunan. Kami melihat apa saja yang bisa dijadi- kan data. Termasuk melakukan pemotretan lonceng gereja,” jelasnya. (far/nur) | en_US |