Show simple item record

dc.contributor.authorWidiaduta, i Dewa
dc.date.accessioned2023-10-18T07:50:18Z
dc.date.available2023-10-18T07:50:18Z
dc.date.issued2017-02-08
dc.identifier.urihttps://dspace.uc.ac.id/handle/123456789/6720
dc.descriptionDua pekan ini, Presiden Joko Widodo gencar melakukan pertemuan dengan para tokoh politik. Menariknya, pertemuan dengan ketua umum beberapa parpol itu dilakukan sembari makann bersama. Gaya khas komunikasi politik Presiden di atas meja makan, selain menunjukkan kesantunan dan kehangatan, sekaligus menyiratkan pesan kekuatan komunikasi di atas meja makan. Di ranah ekonomi kreatif kita, kuliner menjadi penopang dan andalan perekonomian bangsa. Terkait dengan komunikasi politik Presiden dengan mengikutsertakan budaya makan bersama, di dalamnya ada peran kuat kuliner Nusantara yang tersaji. Pemerintah semasa Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif telah menetapkan 30 ikon kuliner yang akan diperkenalkan kepada masyarakat internasional. Boleh jadi ikon kuliner ini membuat para penikmatnya menjadi jatuh hati, terbawa dalam suasana nyaman dan gembira. Maka bisa ditebak, dampak dari komunikasi politik yang dilakukan Presiden di atas meja makan adalah menghadirkan politik yang hangat dan menghadirkan kegembiraan bagi rakyat. Sebanyak 30 ikon kuliner Indonesia itu adalah Ayam Panggang Bumbu Rujak Yograyakarta, Gado-gado Jakarta. Nasi Goreng Kampung, Serabi Bandung, Sarikayo Minangkabau, Es Dawet Ayu Banjanegara, Urap Sayuran Yogyakarta, Sayur Nangka Kapau, Lumpia Semarang. Selanjutnya adalah Nagasari Yogjakarta, Kue Lumpur Jakarta, Soto Ayam Lamongan, Rawon Surabaya, Asinan Jakarta, Sate Ayam Madura, Sate Maranggi Purwakarta, Klappertart Manado, Tahu Telur Surabaya Sate Lilit Bali. Kemudian Rendang Padang, Orak-arik Buncis Solo, Pindang Patin Palembang, Asam Padeh Tongkol Padang, Nasi Liwet Solo, Es Bir Pletok Jakarta, Kolak Pisang, Ubi Bandung, Ayam Goreng Lengkuas Bandung, Laksa Bogor, Kunyit Asam Solo, serta Tumpeng. Dari 30 ikon kuliner yang telah terpilih,tumpeng ditetapkan sebagai ikon kuliner nasional. Hal ini dikarenakan tumpeng yang berupa nasi gurih berbentuk kerucut dapat ditambah dengan berbagai macam makanan pendamping sehingga tidak menutup kemungkinan ikon kuliner lainnya disajikan bersama tumpeng. Ikon kuliner ditetapkan tumpeng berdasarkan tiga kriteria, yakni bahan baku mudah didapat, kuliner tersebut telah dikenal oleh masyarakat luas, serta ada pelaku professional kuliner tersebut. Survei yang dilakukan terhadap 100 orang di seluruh wilayah Indonesia oleh Omar Niode Foundation memperoleh kesimpulan bahwa jenis makanan yang paling disukai masyarakat Indonesia adalah gado-gado, gudeg dan empek-empek. Lalu, minuman yang paling disukai adalah cendol, wedang jahe dan bajigur, sedangkan kudapan yanag paling disukai adalah martabak. Berdasarkan data Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, turis asing mengeluarkan 28% koceknya untuk kuliner saat berkunjung ke Indonesia, pengeluaran hotel 30%, 15% untuk belanja dan hiburan 6,5%. Kemudian, untuk wisatawan local perinciannya untuk shopping 30%, makanan 15%, hiburan 3,7%. TRADISI MAKAN BERSAMA Budaya komunikasi dalam kemasan makan besama boleh adi menuntun kita akan pentingnya menyelesaikan berbagai persoalan dengan menyantap kelezatan hidangan kuliner Nusantara bersama-sama. Sama halnya dengan kuliner Nusantara yang begitu kaya, berasal dari lebih 300 suku bangsa yang memiliki kekhasan kuliner, demikian pulalah cara bangsa ini menyelesaikan persoalan yang ada haruslah dengan cara kreatif. Tradisi makan bersama yang menyiratkan nilai kebesamaan, mendorong pertumbuhan industry kuliner di Tanah Air. Secara nasional, kuliner semakin bertumbuh sebagai industry rakyat yang ramah dan terbuka bagi siapa saja untuk menjadi pelaku usaha dan menggapai kesejahteraan di dalamnya. Untuk itulah kuliner menjadi bagian ekonomi kreatif. Kuliner terkait dengan pengembangan destinasi wisata, tidak hanya sebagai wisata kuliner, tetapi memperkaya dan meningkatkan daya tarik destinasi suatu daerah. Kaitannya dengan pengembangan pasar tradisional, misalnya, Kementerian Pariwisata bahkan telah melakukan sejumlah langkah untuk meningkatkan nilai jual pasar tradisional menjadi suatu siklus ekonomi selama sehari penuh. Pasar tradisional pada pagi hari sebagai pasar yang menyediakan kebutuhan pokok, siang sebagai destinasi wisata, dan malam sebagai wisata kuliner. Penyerapan tenaga kerja sector kuliner juga terbukti cukup besar. Pasca krisis moneter yang tak kunjung pulih hingga saat ini, banyak masyarakat yang beralih menjadi pelaku usaha di bidang kuliner, sekalipun selama ini masih dikelola secara informal. Ditambah lagi, pendapatan daerah dari pajak kuliner, memiliki pertumbuhan signifikan dari waktu ke waktu. Di Surabaya misalnya, restoran memberikan kontribusi pajak restoran sekitar 59% hingga 65%. Pertumbuhan restoran di Surabaya juga signifikan, seabgai pemerkuatan strategi positioning definasi wisata kuliner. Sejumlah brand restoran, local maupun asing, semakin bertumbuh. Berbagai daerah juga menjolkan keragaman, kekhasan dan kelezatan local food sebagai asset wisaya yang bernilai jual. Menyantap kelezatan hidangan kuliner Nusantara yang demikian beragam, akan memperkaya cara-cara kreatif dalam menyelesaikan persoalan hidup ini. Ragam kuliner yang menjadi daya saing dan daya tarik turisme Nusantara, demilian pulalah cara bgnsa ini menyelesaikan persoalan juga harusnya diperkaya dengan nuansa yang hangat dan kekluargaan. Sebagaimana nilai gotong royong diwariskan turun temurun, hal tersebut tampak dalam budaya akan bersama yang minggu ini dilakukan Presiden Jokowi.en_US
dc.language.isoiden_US
dc.subjectPresidential Culinary Diplomacyen_US
dc.subjectPresidenten_US
dc.subjectCulinaryen_US
dc.titleDiplomasi Kuliner Presidenen_US
dc.typeArticleen_US


Files in this item

Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record