Show simple item record

dc.contributor.authorPrihatmanti, Rani
dc.date.accessioned2023-10-19T05:41:35Z
dc.date.available2023-10-19T05:41:35Z
dc.date.issued2017-02-08
dc.identifier.urihttps://dspace.uc.ac.id/handle/123456789/6731
dc.descriptionmaka penyakit tersebut dengan mudahnya menular kepada kita? Berhati-hatilah karena tu adalah indikator bahwa kualitas udara di ruangan anda kurang baik. Menurut Environtmental Protection Agency (EPA), 40% dari waktu kita sehari, kita berada di dalam ruangan dalam rumah, kantor, kendaraam, supermarket, sekolah dsb. Beberapa penelitian telah membuktikan bahwa kualitas udara dalam ruang yang kita hirup tidak sepenuhnya terbebas dari kontaminan seperti bakteri, virus, debu, bahkan bahan-bahan kimia lainnya. Akan tetapi kita sering tidak menyadari akan bahayanya. Apa penyebabnya dan bagaimana cara memperbaiki kualitas udara di bangunan kita akan dibahas berikut. FAKTOR PENYEBAB Faktor terbesar penyebab buruknya kualitas udara dalam ruang adalah ketidak lancaran sirkulasi udara dan adanya zat polutan. Polutan sendiri dibagi menjadi tiga jenis besar, yaitu: Chemical Pollutant (polutan kimia) Merupakan polutan yang bersumber pada bahan kimia, seperti karbondioksida (CO2), formaldehid (HCHO) yang banyak dipakai sebagai bahan pengawet panel kayu seperti particle board, benzena, xilen dan toluen (BTX) yang sering digunakan sebagai bahan tinta spidol whiteboard serta cat/pernis, perkloroetilen sebagai salah satu bahan pembersih untuk dry clean pakaian. Polutan kimia ini banyak yang berwujud gas dan sangat ringan, umumnya disebut dengan golongan Volatile Organic Compound (VOC). Menurut data dari EPA, VOC ini merupakan zat kimia yang berbahaya dan mempunyai efek buruk jangka pendek dan panjang. Tanpa kita ketahui, air freshener spray yang sering digunakan untuk menyegarkan ruangan ternyata mengandung banyak VOC yang berbahaya. Kadar bahwa VOC dapat menjadi 10 kali lipat jika berada di ruang yang tertutup dibandingkan dengan di ruangan terbuka. Physical Pollutant (polutan fisik) Polutan ini banyak ditemui disekeliling kita, yaitu debu dan asap, termasuk asap kendaraan bermotor. Secara umum, terdapat 2 jenis ukuran polutan fisik, PM10 dan PM2,5. Particulate Matter (PM)10 dan 2,5 menunjukkan ukuran diameter partikel dalam satuan mikron. Makin kecil ukuran partikelnya, makin dapat jauh masuk ke dalam paru-paru bila terhirup. Debu jalanan termasuk PM10, dan asap kendaraan bermotor maupun hasil pembakaran lainnya termasuk dalam PM2.5. polutan jenis ini yang dapat mengakibatkan iritasi saluran pernafasan bagian atas (upper respiratory tract irritation). Biological Pollutant (polutan biologis) Jenis polutan yang terakhir adalah polutan yang berasal dari virus, bakteri, maupun jamur. Jamur adalah masalah yang paling umum ditemui di dalam maupun luar ruangan. Masalah serius akan timbul bila jamur tumbuh di dalam ruangan yang lembab dan ventilasi udaranya kurang. Tanpa kita sadari, AC merupakan media yang tepat untuk tumbuhnya jamur. Dimana AC umumnya mengandungi banyak kandungan air akibat kondensasi. Selain itu, kebocoram pada atap juga dapat menyebabkan tumbuhnya jamur pada plafon atau dinding yang lembab. EFEK TERHADAP PENGGUNA RUANG Menurut standar kesehatan lingkungan kerja (kepmenkes RI No. 1405/MENKES/SK/XI/2002), kecepatan udara dalam ruang harus mencapai 0,1 – 0,25m/detik. Akan tetapi berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, kecepatan udara dalam ruang seringkali dibawah standar. Hal inilah yang menyebabkan terakumulasinya poklutan di dalam ruang tertutup. Terdapat berbagai penyakit yang disebabkan oleh buruknya kualitas udara dalam ruang, antara lain: Sick Building Syndrome (SBS) Penderita merasakan ketidaknyamanan akut seperti sakit kepala, iritasi mata/hidung/tenggorokan/kulit, pusing, mual, kelelahan, dan sensitif terhadap bau. Selain itu penderita merasa membaik setelah beberapa jam keluar dari ruangan. Building Related Illness (BRI) Gereja Building Related Illness lebih spesifik dan dapat dibuktikan secara klinis seperti batuk, demam, sakit pada otot, sesak nafas. Penyebabnya penyakitnya jelas dan penderita akan tetap mengalami keluhan meskipun telah meninggalkan ruangan. SOLUSI Solusi yang paling mudah untuk memperbaiki kualitas udara dalam ruang adalah dengan cara: Tinggi plafon minimal 2.5 meter Suhu ruangan diatur antara 180 hingga 280 celsius. Bila lebih dari 280 harus menggunakan AC atau kipas angin. Kelembaban udara dalam ruang harus antara 40% hingga 60%. Bila kelembaban lebih dari 60% harus menggunakan dehumidifier dan bila kurang dari 40% harus menggunakan humidifier. Kadar debu total maksimal 0,15 mg/m3. Pertukaraan udara harus lancar dan mengupayakan ventilasi silang. Membersihkan filter udara AC secara periodik, baik AC sentral maupun non-sentral. Meminimalisir adanya polutan di dalam ruang, seperti tidak merokok di ruang tertutup dan tidak menggunakan bahan pengharum ruangan atau bahan bangunan yang berbau menyengat.en_US
dc.language.isoiden_US
dc.subjectAir qualitiyen_US
dc.subjectRoomsen_US
dc.subjectqualityen_US
dc.titleKualitas Udara Dalam Ruangen_US
dc.typeArticleen_US


Files in this item

Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record