Show simple item record

dc.contributor.authorSatrya, Dewa
dc.date.accessioned2023-10-19T06:54:42Z
dc.date.available2023-10-19T06:54:42Z
dc.date.issued2017-02-08
dc.identifier.urihttps://dspace.uc.ac.id/handle/123456789/6736
dc.descriptionOleh Dewa Gde Satrya Spritualitas kerja sepantasnya menjadi gerakan kolektif kaum sarjana di Indonesia Unik, Indonesia memiliki hari khusus untuk menghormati para sarjana. Dirayakan setiap 29 september, mengambil momen wisuda sarjana pertama universitas Indonesia pada 1960an. Relevansi peringatan yang belum banyak diketahui public itu lebih lebih terletak pada refleksi kontribusi gelar kesarjanaan dan pribadi seorang sarjana menjadi tumpuan harapan masyarakat. Indonesia mengajar, aktivitas para sarjana (khususnya fresh graduate) mengajar di berbagai daerah tertinggal di Indonesia yang dipelopori anies baswedan, menyiratkan pentingnya empati dan keterlibatan social para sarjana dalam menyelesaikan masalah masalah social. Banyak kemajuan dan hal positif yang lahir dari pemikiran kaum sarjana. Kontras dengan kaum sarjana lain yang terlibat dalam korupsi di parlemen, debitur nakal dilembaga lembaga perbankan, dalang ahli aksi terorisme, dan kriminalitas lain yang dimotori kaum sarjana. Kejahatan yang dikategorikan sebagai white collar crime itu kian marak di Indonesia. Kejahatan kerah putih, sebuah istilah yang dipopulerkan oleh Edwin hardin Sutherland dalam presentasi dipertemuan ke 34 para ilmuwan sosiologi amerika di Philadelphia pada 27 desember 1939. Tiga puluh delapan tahun sebelum Sutherland mengemukakan pidatonya itu, Henderson yang waktu itu mengajar di university of Chicago telah berbicara tentang ‘educated criminals’. Istilah itu kemudian direinkarnasikan oleh Sutherland. Edward alsworth ross (pengajar Stanford) pada 1907 menggambarkan para penjahat korporasi sebagai manusia manusia yang tidak peka moralnya (moral insensibility), berdasar muka: memperlihatkan kepada masyarakat bahwa mereka adalah orang orang yang berhati social, patuh pada agama, dan dirumah memperlihatkan diri sebagai seorang ayah yang patut di contoh. Akan tetapi, dibelakang itu semua para pemimpin korporasi ini sebetulnya adalah manusia manusia yang tidak bermoral, yang pada waktunya tidak segan untuk menyuap para birokrat dalam pemerintahan, menghindari pajak. Pendeknya, manusia serigala berbulu domba (sahetapy), 1994:14). Kritik juga datang dari nietzche, menurutnya kehendak mereka untuk berziarah mencari kebenaran (will to truth) dengan mudah berubah menjadi kehendak untuk menguasai sebagai pemenang (will power). Kaum terpelajar bukan lagi abdi kebenaran yang dengan rela menempatkan dirinya menjadi bagian yang dapat diandalkan dan diharapkan oleh masyarakat. Roy eyerman dalam bukunya intellectuals (1992), menyebutkan bahwa batu ujian kecendekiawanan seseorang atau kelompok orang hanya dapt diukur dalam bingkai budaya, yaitu apakah memberikan sumbangan pencerahan, pencerdasan dan transformasi humanisasi pada masyarakatnya. Artinya, ketika kebodohan, keterbelakangan dan kemiskinan mampu diatasi dengan analisis ilmu sampai pada strukturalisasi politisnya ditangan para pengambil keputusan politik untuk penyejahteraan rakyat banyak, maka di sanalah cendekiawan transformative sah disebut cendekiawan. Karena itu, hal yang inti pada seseorang yang sah disebut cendekiawan ialah kepedulian nuraninya terhadap bangsanya yang dengan profesinya akan memilih komitmen untuk tugas pencerahan dan pencerdasan bangsanya. Spiritualitas kerja. Bagaimanapun, selain karena penilaian public, seorang cerdik pandai idealnya dapat memberikan sumbangan pencerahan, pencerdasan dan transformasi humanisasi pada masyarakatnya. Adalah tanggung jawab moral, jika tidak dapat dikatakan balas budi, para cerdik pandai untuk memajukan masyarakat yang lebih adil, sejahtera dan manusiawi. Karena itu, agar kaum sarjana menjadi berkah, praktik kepemilikan spiritualitas kerja sangat dibutuhkan. Kepemilikan spiritualitas kerja membuahkan totalitas dan penciptaan nilai yang tak lekang jaman, dan menghindarkan setiap profesi dari degradasi makna luhur setiap pekerjaan yang diemban para sarjana disinyalir merupakan dampak dari adanya dualism dalam kehidupan. Bisnis atau kerja menolak ruang untuk hadirnya makna dan Tuhan. Tempat kerja adalah tempat untuk mencari hal hal profane dan tidak mempunyai ruang untuk segala sesuatu yang sacral atau suci. Sinamo (200, dalam amalia dan yunizar) menjabarkan hal tersebut sebagai berikut, “problem utama mengapa orang tidak mampu menghayati pekerjaannya sebagai ibadah, lahir dari kenyataan bahwa orang suka membagi dua hidupnya menjadi wilayah sacral (suci) dan wilayah profan (sekuler). Doa,sembahyang, dan upacara digolongkan sebagai profan. Akibatnya hidup mereka terbelah, terpecah, tidak menyatu, tidak integral” berbicara tentang spiritualitas kerja merupakan oksimoron yang setara dengan kiasan ‘udang raksasa’ atau ‘cinta yang kasar’. Antara spiritualitas di satu sisi dam pekerjaan disisi lain sama sekali kontras. Definisi spiritualitas kerja ialah segenap daya upaya (dibayar atau tidak) yang ditunaikan guna guna menjadikan dunia ini tempat yang lebih baik untuk dihidupi oleh setiap orang, serta semakin mendekati sang pencipta mengupayakan segala sesuatu. Maka, ada pembeda yang tegas antara pekerja yang mendasarkan diri pada spiritualitas kerja dengan yang tidak, yakni konsistensi dalam menunaikan tugas secara tuntas dan prima. Sebagai ucapan syukur atas pekerjaan dan usaha, seharusnya dan sewajarnya diungkapkan tidak sebatas dalam ruang peribadatan. Namun melalui karya nyata, prestasi dan kinerja yang prima. Untuk itu, tiada tempat bagi penyelewengan profesi unutukkepentingan pribadi,cara cara yang tidak pantas untuk meraih pengakuan, dan sebagainya. Spiritualitas kerja sepantasnya menjadi gerakan kolektif kaum sarjana di Indonesia yang tidak hanya di suatu lini perusahaan, namun sebagai gerakan masal yang melibatkan setiap unsure dunia pekerjaan dan usaha, baik swasta, maupun politik dan pemerintahan, dan disetiap jenjang. Selamat hari sarjana.en_US
dc.language.isoiden_US
dc.publisheradmin_libraryen_US
dc.titleAgar Sarjana Menjadi Berkahen_US
dc.typeArticleen_US


Files in this item

Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record