| dc.description | Menepis kesan kuno. Itulah alasan mahasiswa Universitas Ciputra (UC) mengenalkan batik lewat aksesoris tas-tas trendi. Yang tampak justru unik dan tidak ndeso.
Zahra Firdausiah
Puluhan tas berlabel SAC Label’s dan Jeansu yang dipajang dipameran batik dan tenun di Diandra Convention Hall tampak khas. Di beberapa bagiannya, ada sentuhan batik. Kesan etnik pun muncul. Tas yang memang di khususkan untuk kaum hawa itu memiliki beragam model. Mulai sling bag, hand bag, clutch hingga ransel. Tas-tas cantik tersebut merupakan buah kreasi Jessica, salah seorang pemilik label tas SAC Label’s. Kecintaannya terhadap dunia fashion, khususnya tas, mendorong dia dan beberapa teman untuk bereksperimen. Batik menjadi salah satu sumber inspirasinya.
“Masih banyak anak muda yang belum mau menggunakan batik. Padahal itu warisan budaya Indonesia. Lalu saya mencoba mengenalkannya lewat Fashion,”papar mahasiswi Universitas Ciputra tersebut Jumat (6/5). Jessica dan timnya kian bersemangat kala melihat sebagian temannya justru menyenangi tas-tas impor. ”Kami konsepnya tetap tas-tas anak muda. Modelnya simpel dan unik. Tidak lupa ada aksen batiknya,”jelas mahasiswi jurusan akuntansi itu. Bahan dasar yang digunakan adalah kulit. Adapun kain batik yang dipilih merupakan jenis batik dari Solo. ”Salah satu tim kami berasal dari sana. Sekaligus ingin menyebarluaskan batik asal tanah kelahiran,”tutur Jessica.
Pemilihan motif dan warna pun menyesuaikan dengan kalangan anak muda. Terang dan cerah. Warna kuning, merah, bahkan oranye menambah aksen pada tas buatan tangan itupun dengan desain yang beragam. Jessica menginginkan produk tasnya tampak elegan di tangan pemakainya. Misalnya, menambah aksesoris rantai berwarna gold untuk tas jenis clutch. “Jenis ini bisa di gunakan ke acara-acara pernikahan atau pesta sejenis. Unik dan tidak terkesan ndeso,”paparnya. Pembuatan tas tersebut melibatkan perajin asli Surabaya. Dalam sekali produksi, pihaknya dapat menghasilkan 30-40 tas. Banderol harganya berkisar Rp 65 Ribu hingga Rp 200 ribu. “Kami memberikan harga mahasiswa,”katanya lantas tersenyum. Jessica dan tim tidak berhenti tidak berhenti pada produksi. Dia juga berupaya mengenalkan ke masyarakat luas. Salah satunya mengikuti berbagai pameran. Bulan lalu dia ikut pameran Inacraft 2016 di Jakarta. “Dari sana kita dapat menggaet pasar lebih luas, Terbukti, setelah pameran banyak yang pesan,”katanya pemesan kebanyakan datang dari kalangan siswa SMA dan mahasiswa.
Selain tas berlabel SAC Label’s, tas merek Jeansu mengusung tema batik local. Bedanya, tas rancangan Rika Puspitasari, Gloria dan Amalia Putri itu berbahan dasar kain jins. “Kami memilih kain jins untuk memberikan kesan kasual. Selain itu, kain jins sangat digemari dikalangan anak muda,”jelas puspitasari, mahasiswi akuntansi Universitas Ciputra. Setipe dengan tas berlabel SAC, tas yang di produksi sejak 2014 tersebut juga mengusung gaya anak muda. “Yang membedakan, tas kami juga memiliki ciri khas. Yaitu, ada unsur teknik jumput merupakan salah satu teknik membuat motif hias pada kain dengan cara celup ikat. Sehingga menimbulkan warna sembur yang cantik ppada produk tas tersebut.
Jessica, Rika dan Gloria berharap tas buatan tangan itu bisa terus dikembangkan di masa mendatang. Selain mengenalkan batik di masyarakat, mereka ingin memajukan perekonomian di bidang industry rumahan. ”Haraparannya produk ini dapat dikenal hingga ke luar negeri,”ungkap Jessica. (*/c15/fal) | en_US |