Show simple item record

dc.contributor.authorSurya, Surya
dc.date.accessioned2023-11-01T08:37:08Z
dc.date.available2023-11-01T08:37:08Z
dc.date.issued2016-08-16
dc.identifier.urihttps://dspace.uc.ac.id/handle/123456789/6824
dc.descriptionSurabaya boleh berubah makin pesat. Gedung-gedung menjulang bertebaran. Namun, ada yang tetap bertahan hingga kini. Kapan pun zamannya, Siola tetap seperti yang dulu. PARIS punya Are de Triomphe, Roma punya Arch of Constantine, dan Berlin dengan Bradenburg Gate. Maka, Surabaya punya kebanggaan: Siola. Bisa dibilang beberapa bangunan itu memiliki kesamaan, yakni menjadi gerbang sejarah masing-masing kota. Tidak berlebihan jika bangunan yang masih kukuh berdiri di persimpangan Jalan Tunjungan dan Jalan Genteng Kali itu dijuluki gerbang sejarah. Sebab, sejarah Kota Surabaya erat dengan romantisme -Jalan Tunjungan masa lampau. Saat itu, kawasan Tunjungan masih menjadi pusat gaya hidup warga kota selama beberapa dekade. “Lihat saja, posisi Gedung Siola sendiri berada di ujung jalan, seolah menyambut pengunjung yang ingin mengunjungi kawasan Tunjungan,” jelas sejarawan Freddy H. Istanto. Berdasar beberapa sumber, bangunan berlanggam art deco tersebut didirikan oleh pemodal asal Inggris bernama Robert Laidlaw pada 1877. Oleh dia, bangunan berlantai tiga itu digunakan untuk pusat perkulakan tekstil dan pakaian dengan merek dagang Whiteaway Laidlaw & Co. Apalagi setelah tembok benteng kota yang memisahkan Kota Bawah (Benedenstad) dengan Soerabaia Lama (Oud Soerabaia) dibongkar pada 1880, wilayah Tunjungan kemudian berkembang menjadi pusat perdagangan baru. Freddy menjelaskan, setelah Laidlaw meninggal pada 1935, pamor Whiteaway Laidlaw & Co ikut meredup dan akhirnya bangkrut di Surabaya. Gedung perusahaannya berpindah kepemilikan kepada pemodal Jepang dan berganti nama menjadi toserba Chiyoda. “Toserba ini menjadi pusat perkulakan sepatu dan koper,” tambah pria yang juga menjabat direktur Sjarikat Poesaka Soerabaia itu. Gedung yang pernah memiliki kanopi bersejarah itu juga menjadi saksi bisu perjuangan arek-arek Surabaya melawan agresi militer yang dilancarkan sekutu pada peristiwa 10 November 1945. Bangunan tersebut terbakar hebat. Tembok dan lantainya hancur dibombardir sekutu. Bahkan, dome gedung luluh lantak saat angkatan udara Inggris menjatuhkan bom di atasnya. Siola dibuka lagi pada 1960 setelah negara mengadakan nasionalisasi aset asing. Gedung yang semestinya menjadi cagar budaya itu pun dimiliki oleh Pemerintah Kota Surabaya. Hingga pada akhirnya ada lima pengusaha Surabaya yang berniat menghidupkan kemball kejayaan gedung ritel yang terkenal itu. Mereka adalah Soemitro, Ing Wibisono, Ong, Liem, dan Ang. Hingga tercetuslah nama gedung Siola yang merupakan kependekan nama dari lima pengusaha itu. “Saya masih ingat betul betapa ramainya suasana perbelanjaan di gedung itu semasa saya kecil,” kenang Freddy. Kejayaan pusat perbelanjaan Siola terus berlanjut hingga akhirnya mendapatkan pesaing. Dari mulai Delta Plaza, Tunjungan Plaza, sampai THR Surabaya Mal. Makin tergerus dengan perkembangan mal-mal pada 1998, Siola bangkrut dan gedung tersebut digunakan oleh Ramayana Department Store. Pada 2008, Ramayana Siola pun akhirnya ditutup karena tidak diperpanjang pihak department store. Sejak ditutup dan tidak lagi disewa Ramayana, pemkot mengambil alih dan meresmikan Museum Surabaya pada tahun lalu. Gedung Siola juga digunakan sebagai Unit Pelayanan Terpadu Satu Atap (UPTSA) Pemkot Surabaya. Bahkan, sekarang gedung Siola terus direnovasi. Freddy berpesan saat merenovasi harus mempertahankan fasad (wajah tampak depan, Red) bangunan Siola. Sebab, menurut dia, dalam tiga abad, tampilan depan Siola belum banyak diubah. Masih elok. “Fasad sangat penting agar street picture dari kawasan Tunjungan tidak berubah,” kata dekan Fakultas Industri Kreatif Universitas Ciputra itu. Sementara itu, Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Surabaya Wiwiek Widayati menjelaskan, renovasi memang akanberkutat pada perbaikan koridor, penyempurnaan fasilitas seperti toilet, pelebaran jalur pedestrian, serta pengecatan bangunan. (all/c6/git)en_US
dc.language.isoiden_US
dc.publisherUniversitas Ciputraen_US
dc.subjectFasad Elok yang Bertahan Tiga Abaden_US
dc.titleFasad Elok yang Bertahan Tiga Abaden_US
dc.typeArticleen_US


Files in this item

Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record