Show simple item record

dc.contributor.authorWidjaja, Carly
dc.date.accessioned2025-12-08T08:45:54Z
dc.date.available2025-12-08T08:45:54Z
dc.date.issued2022
dc.identifier.urihttps://dspace.uc.ac.id/handle/123456789/8769
dc.descriptionIndonesia has a large variety of textiles with various types of patterns, colours, and materials, making it one of the largest weaving-producing countries. One of the weaving crafts of Indonesian cultural heritage is Ulap Doyo weaving. Ulap Doyo weaving is an original weaving craft from the Benuaq Dayak tribe in East Kalimantan, which has its uniqueness due to it is made from doyo leaf fibre (Curliglia latifolia) as the primary material for its manufacture. The colouring uses natural ingredients obtained from spices, plants, and forest fruits. Due to the production process takes a long time and raw materials are difficult to obtain, making the existence of Ulap Doyo weaving is increasingly challenging to find. The current globalization that influences the community and spreads quickly makes people lose interest in the fabric of the archipelago. The current reality, especially for young people, is more easily influenced by western culture, so it is feared that they can lose their identity as an Indonesian nation. Therefore, one of the opportunities that can be generated is to develop the Ulap Doyo weaving motif so that contemporary motifs are obtained which will be applied to resort wear clothing. The resort wear is combined with Ulap Doyo weaving, which is targeted for younger generation who likes to travel. Thus, the range of apparel is more comprehensive in distribution and introduces one of the cultural richness of textiles. In addition, this innovation can be a natural advantage to open new interests or markets in developing local identities and improving the economy of weavers in East Kalimantan. This design was carried out using primary and secondary data collection techniques using qualitative methods. Primary data was conducted using interview techniques with six experts. Secondary data were obtained from literature studies such as books, journals, articles, and the internet related to the purpose of writing. The final result of the design, namely the development of the Ulap Doyo weaving motif, was considered successful by cultivating inspiration and creating design ideas and concepts that could become innovations in the fashion world. The development of the woven motif is carried out by combining the Limar motif and the Bintang Mamur motif into one fabric with changes in composition, colour and placement to produce a contemporary motif, which will be applied to resort wear clothing.en_US
dc.description.abstractIndonesia memiliki banyak keberagaman tekstil dengan berbagai jenis ragam hias, warna, dan bahan sehingga menjadikannya sebagai salah satu negara penghasil tenun terbesar. Salah satu kerajinan menenun warisan budaya Indonesia adalah tenun Ulap Doyo. Tenun Ulap Doyo merupakan kerajinan menenun asli dari suku Dayak Benuaq di Kalimantan Timur yang memiliki keunikan tersendiri karena terbuat dari serat daun doyo (Curliglia latifolia) sebagai bahan dasar pembuatannya. Pewarnaannya menggunakan bahan-bahan alami yang didapat dari rempah, tanaman, serta berbagai buah-buahan hutan. Dikarenakan proses produksi memerlukan waktu yang lama dan bahan baku yang sulit didapatkan membuat keberadaan tenun Ulap Doyo semakin sulit ditemukan. Adanya arus globalisasi yang masuk ke dalam lingkup masyarakat dan menyebar cepat membuat minat masyarakat hilang terhadap kain nusantara. Realita yang terjadi saat ini khususnya bagi anak muda lebih mudah terpengaruh dengan budaya barat, sehingga dikhawatirkan bisa menghilangkan jati diri sebagai bangsa Indonesia. Oleh karena itu peluang yang dapat dihasilkan adalah dengan melakukan pengembangan motif tenun Ulap Doyo sehingga didapatkan motif kontemporer yang akan diaplikasikan pada busana resort wear. Resort wear dikolaborasikan dengan tenun Ulap Doyo ditargetkan pada generasi muda yang gemar berwisata sehingga jangkauan dari busana tersebut lebih luas penyebarannya, serta mengenalkan salah satu kekayaan budaya jenis tekstil. Selain itu inovasi ini dapat menjadi natural advantage untuk membuka minat atau pasar baru dalam mengembangkan identitas lokal dan meningkatkan perekonomian penenun di Kalimantan Timur. Perancangan ini dilakukan dengan metode kualitatif dengan menggunakan teknik pengumpulan data primer dan data sekunder. Data primer dilakukan dengan menggunakan teknik wawancara kepada 6 experts, serta data sekunder diperoleh dari studi literatur seperti buku, jurnal, artikel juga dari internet yang berkaitan dengan tujuan penulisan. Adapun hasil akhir dari perancangan yakni pengembangan motif tenun Ulap Doyo dinilai berhasil dengan mengolah inspirasi, menciptakan ide dan konsep perancangan yang dapat menjadi inovasi dalam dunia fashion. Pengembangan motif tenun dilakukan dengan menggabungkan motif Limar dan motif Bintang mamur ke dalam satu kain dengan perubahan komposisi, warna dan penempatan sehingga menghasilkan motif yang kontemporer, yang akan diaplikasikan pada busana resort wear.en_US
dc.language.isoiden_US
dc.publisherUniversitas Ciputraen_US
dc.subjectMotifen_US
dc.subjectSuku Dayak Benuaqen_US
dc.subjecttenun Ulap Doyoen_US
dc.subjectResort Wearen_US
dc.subjectBenuaq Dayak Tribeen_US
dc.subjectUlap Doyo Weavingen_US
dc.titlePerancangan Busana Resort Wear dengan Mengaplikasikan Pengembangan Motif Tenun Ulap Doyoen_US
dc.typeThesisen_US
dc.identifier.kodeprodi90241
dc.identifier.nim0206051810025
dc.identifier.dosenpembimbingEnrico
dc.identifier.dosenpembimbingRahayu Budhi Handayani


Files in this item

Thumbnail
Thumbnail
Thumbnail
Thumbnail
Thumbnail
Thumbnail
Thumbnail
Thumbnail
Thumbnail
Thumbnail
Thumbnail
Thumbnail
Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record