Hubungan Antara Pola Asuh Orang Tua Authoritative Dan Adversity Quotient Pada Siswa SMP X Di Surabaya
Abstract
Remaja awal merupakan masa peralihan dari kanak- kanak menuju dewasa. Pada
perkembangannya masa remaja mengalami kekacauan identitas atau disebut dengan masa
storm and stress. Dalam masa ini remaja rentan melakukan tindakan- tindakan negatif
yang bertentangan dalam masyarakat yang dapat merugikan diri mereka sendiri. Oleh
sebab itu, dalam masa perkembangannya remaja awal penting sekali memiliki adversity
quotient (AQ). AQ adalah kemampuan individu dalam mengatasi hambatan- hambatan
pada situasi tertentu. Salah satu pengaruh yang dapat meningkatkan AQ adalah pola asuh
orangtua authoritative. Pola asuh orangtua authoritative adalah orangtua yang
mengutamakan kepentingan dan memberikan kebebasan pada anak untuk berdiskusi dan
memilih tindakan namun tetap mengontrol perilaku anak- anaknya (Baumrind dalam
Santrock, 2002). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara pola asuh
orangtua authoritative dan adversity quotient (AQ) pada siswa SMP X di Surabaya.
Penelitian ini menggunakan metode penelitian kuantitatif dengan desain korelasional.
Populasi dan sampel pada penelitian ini adalah semua siswa SMP X di Surabaya dengan
jumlah 163 orang. Pengambilan data menggunakan skala yang terdiri dari skala pola asuh
orangtua dan skala adversity quotient. Skala pola asuh orangtua diadapatasi dan
dikembangkan dari skala Robinsen, Mandelco, Olsen & Hart, 2001 (dalam Kimble
Blakely, 2014), sedangkan skala adversity quotient dari skala yang dikembangkan oleh
Kusumawati (2017). Hasil uji korelasi Pearson Product Moment menunjukkan adanya
hubungan positif antara pola asuh orangtua authoritative dan adversity quotient (AQ)
pada siswa SMP (r=0,298; p 0.000 < 0.05). Berdasarkan hasil penelitian dapat
disimpulkan bahwa semakin tinggi pola asuh orangtua authoritative pada remaja maka
semakin tinggi adversity quotient yang dimilikinya. Adanya hubungan positif dan
signifikan antara pola asuh orangtua authoritative dan adversity quotient (AQ) pada siswa
SMP, maka peneliti perlu menceritakan hambatan atau kesulitan kepada orangtua agar
termotivasi dalam menghadapi rintangan kedepannya. Siswa juga dapat lebih mengenal
diri sendiri dengan membuat daftar kelemahan dan kekurangannya
