• Login
    View Item 
    •   DSpace Home
    • Skripsi, Tesis dan Disertasi
    • Fakultas Industri Kreatif
    • Arsitektur
    • View Item
    •   DSpace Home
    • Skripsi, Tesis dan Disertasi
    • Fakultas Industri Kreatif
    • Arsitektur
    • View Item
    JavaScript is disabled for your browser. Some features of this site may not work without it.

    PERANCANGAN FURNITUR LESEHAN MODULAR DENGAN GAYA DESAIN KONTEMPORER

    Thumbnail
    View/Open
    Abstract (235.5Kb)
    Abstrak (248.7Kb)
    Bab 1 (462.6Kb)
    Bab 2 (12.14Mb)
    Bab 3 (264.4Kb)
    Bab 5 (838.2Kb)
    Bab 6 (233.7Kb)
    Daftar Gambar (233.9Kb)
    Daftar Isi (233.8Kb)
    Daftar Pustaka (236.2Kb)
    Daftar Tabel (210.9Kb)
    Halaman Judul (252.6Kb)
    Kata Pengantar (231.8Kb)
    Lampiran (2.347Mb)
    Lembar Persetujuan Dosen (210.6Kb)
    Lembar Persetujuan Tim Penguji (210.6Kb)
    Pernyataan Keaslian (235.3Kb)
    Date
    2010
    Author
    WIJAYA, THEO SAKTI
    Metadata
    Show full item record
    Abstract
    Berbeda dengan cara duduk masyarakat Eropa dan Amerika yang senang kursi tinggi dengan lebar dudukan yang pas pada tubuh, masyarakat di Nusantara lebih menyukai beragam cara duduk: lesehan di lantai, duduk di tempat dengan permukaan lebar, atau duduk di bidang lebih sempit. Masyarakat di Jawa, misalnya, punya budaya duduk yang santai dan masih leluasa bergerak pada bangku besar, seperti amben dari kayu atau lincak dari bambu. Ada yang lebih memilih untuk duduk di atas dingklik dari kayu lebih kecil. Ada juga tradisi duduk lesehan di atas tikar atau lantai. Di Indonesia, cara duduk lesehan cukup populer untuk dilakukan baik di rumah, di warung atau restoran yang ada fasilitas lesehan, atau saat berkumpul bersama. Hal ini disebabkan oleh budaya duduk masyarakat Indonesia yang awalnya tidak mengenal kursi. Fasilitas kursi kemudian diperkenalkan oleh budaya barat. Saat ini, di rumah – rumah tradisional yang masih menggunakan lesehan memilih alternatif lain yaitu dengan menggunakan divan yaitu fasilitas duduk yang memiliki tinggi sama dengan kursi pada umumnya, hanya memiliki bidang duduk yang luas sehingga dapat menampung banyak orang, dan penggunanya dapat mengangkat kaki pada saat duduk. Selain divan, fasilitas duduk lesehan juga memiliki kursi tanpa kaki yang populer pada masyarakat Jepang pada umumnya. Namun yang menyebabkan jenis mebel ini kurang diminati masyarakat umum adalah karena desain-nya yang selalu tradisional ataupun kuno sehingga masyarakat menengah ke atas kurang menaruh minat kepada produk tersebut. Selain itu, karena pada umumnya furnitur lesehan yang tersedia berukuran besar seperti divan dari jawa, banyak pecinta lesehan yang mengurungkan niat untuk membelinya karena keterbatasan lahan ataupun furnitur tersebut tidak dapat masuk ke dalam ruangan. Walaupun banyak sekali pelaku dan peminat budaya duduk lesehan, namun di pasaran Hampir tidak ada toko yang memenuhi kebutuhan fasilitas lesehan ini. Hal ini disadari pada saat melakukan kunjungan dan survey ke toko – toko mebel yang memiliki potensi sebagai pesaing seperti INDEX, Vinoti, Vivere, VL Brio, Cellini, Melandas. Karena itu, desainer ingin mengubah pandangan masyarakat yang menganggap duduk lesehan hanya untuk kaum menengah ke bawah dengan menampilkan gaya desain dan bentuk modular geometris yang kontemporer pada produk lesehan ini sehingga dapat digunakan oleh kalangan yang lebih tinggi tingkatnya dan dapat diletakkan di ruangan apapun.
    URI
    http://dspace.uc.ac.id/handle/123456789/3239
    Collections
    • Arsitektur

    Copyright©  2017 - LPPM & Library Of Universitas Ciputra
    »»» UC Town CitraLand, Surabaya - Indonesia 60219 «««
    Powered by : FreeBSD | DSpace | Atmire
     

     

    Browse

    All of DSpaceCommunities & CollectionsBy Issue DateAuthorsTitlesSubjectsThis CollectionBy Issue DateAuthorsTitlesSubjects

    My Account

    Login

    Copyright©  2017 - LPPM & Library Of Universitas Ciputra
    »»» UC Town CitraLand, Surabaya - Indonesia 60219 «««
    Powered by : FreeBSD | DSpace | Atmire