HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN SOSIAL DENGAN TINGKAT DEPRESI PADA DEWASA AWAL DARI KELUARGA BROKEN HOME
Abstract
Dewasa ini, ada banyak perubahan dalam struktur dan fungsi keluarga yang
ditandai dengan banyaknya perceraian sehingga anak-anak menjadi broken home.
Pada tahun 2008, tingkat rata-rata perceraian di Indonesia mencapai 200.000
kasus pertahun dan jumlahnya terus bertambah (Susanto, 2009). Menurut
Ross&Mirowsky (1999), seorang individu dewasa yang memiliki keluarga broken
home saat anak-anak, kemungkinan besar akan mengalami masalah dalam
perkembangannya yang dapat menimbulkan depresi. Salah satu penyebabnya
adalah adanya pola pikir negatif akibat pengalaman buruk di masa kanak-kanak
yang kemungkinan dapat diintervensi (diubahkan menjadi lebih positif/rasional)
melalui dukungan sosial. Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui
hubungan antara dukungan sosial dengan tingkat depresi pada dewasa muda dari
keluarga broken home dengan menggunakan metode penelitian kuantitatif.
Populasi penelitian ini adalah dewasa muda (20-40 tahun), sudah bekerja, berasal
dari keluarga broken home, dan berada di daerah Surabaya. Pemilihan populasi
dan sample menggunakan metode purposive snowball sampling dengan jumlah 40
responden. Instrumen yang digunakan adalah kuesioner dukungan sosial dan alat
ukur depresi adaptasi dari BDI-II. Data akan diolah dengan program R untuk uji
validitas, uji realibilitas, uji normalitas, uji homogenitas, dan korelasi product moment. Dalam uji validitas diketahui 40 aitem dari alat ukur dukungan sosial
semuanya valid, dan memiliki reliabilitas tinggi =0.9905. Sedangkan melalui uji
normalitas Shapiro-Wilk Test diketahui bahwa distribusi data tidak normal
(pvalue < 0.05) sehingga metode nonparametrik digunakan dalam penelitian ini.
Hasil uji korelasi dengan menggunakan Spearman-Rank Correlation adalah p value = 2.735e-13, dan nilai rho = (-)0.8709909. Hal ini berarti Ho peneliti (tidak
adanya hubungan antar dua variabel) ditolak sehingga ada hubungan yang
signifikan antara dukungan sosial dengan tingkat depresi pada dewasa muda dari
keluarga broken home yang berkorelasi negatif. Semakin banyak dukungan sosial
yang diterima, maka tingkat depresi yang dialami akan menurun begitu juga
sebaliknya. Saran peneliti untuk individu dewasa muda yang mengalami depresi
adalah menemukan dan menggabungkan diri dengan komunitas, terutama
menjalin relasi dengan pasangan, sahabat dimana dapat saling sharing satu sama
lain sehingga bisa mendapatkan tambahan dukungan sosial dan mengubah pikiran
negatif menjadi lebih positif sehingga tingkat depresi menurun.