Hwie Tiauw Ka, Rumah Perkumpulan Keluarga Hakka Tertua di Surabaya yang Berusia 204 Tahun
Abstract
Di kampung pecinan Kota Surabaya, Jawa Timur, terdapat sebuah rumah perkumpulan keluarga Hakka dari Tionghoa yang dikenal sebagai Hwie Tiauw Ka. Sejak didirikan hingga kini, perkumpulan ini tidak pernah berpindah alamat dan menjadi perkumpulan tertua di Indonesia.
Bangunan yang berdiri di Surabaya ini menjadi satu-satunya perkumpulan etnis Tionghoa, khususnya keluarga Hakka, yang masih menjaga keaslian arsitektur bangunannya. Dibangun pada 1820, rumah ini awalnya berfungsi sebagai tempat persinggahan dan penginapan bagi orang Hakka yang merantau.
Lokasinya dipilih karena dekat dengan Pasar Bong, yang dulunya merupakan makam China. Dalam bahasa Hokkien, "bong" berarti makam China. Dahulu, tempat ini adalah perkampungan yang dekat dengan kompleks makam.
"Rumah yang dibangun pada tahun 1820 sebagai tempat persinggahan dan penginapan orang Hakka yang merantau. Dipilihnya lokasi di tempat ini sangat dekat dengan Pasar Bong yang dulunya merupakan makam China," ujar Chrisyandi Tri Kartika, pemerhati cagar budaya dari Universitas Ciputra Surabaya, Minggu (4/8/2024).
Rumah perkumpulan Hwie Tiauw Ka bukanlah kelenteng atau tempat ibadah, melainkan tempat pengurusan jenazah. Dari segi eksterior dan interior, rumah ini sangat identik dengan gaya arsitektur Tionghoa.
Ruangan pertama, yang menyerupai kantor, berfungsi sebagai ruang administrasi dan disekat dengan ukiran kayu khas China. Ruangan kedua hanya berisi meja panjang dan tempat duduk yang biasanya digunakan untuk makan bersama dan bercengkerama. Sementara itu, ruangan ketiga hanya berisi altar untuk sembahyang.
"Kegiatan anggota di sini biasanya berkumpul bersama, berdiskusi, dan kadang bermain catur tradisional khas China," ungkap Siauw Fi Hian, anggota Perkumpulan Hakka.
Saat ini, jumlah anggota perkumpulan tersebut mencapai lebih dari 700 orang.

