Taksi Mulai Beroperasi di Surabaya Tahun 1976, Surya dan Paritas Jadi Pionir
Abstract
Taksi dahulu merupakan transportasi umum yang mahal tarifnya. Karena menggunakan taksi meter atau dikenal dengan argometer untuk per kilometer tarif penumpang. Argo tersebut dihitung ketika penumpang membuka pintu pertama (flag fall). Layanan taksi ini sudah menggunakan air conditioner (AC), sehingga benar-benar nyaman bagi penumpangnya.
Keberadaan taksi ternyata sudah ada sejak dahulu. Pustakawan sejarah, Chrisyandi Tri Kartika mengatakan, tahun 1976, taksi sudah mulai beroperasi resmi di Surabaya. Saat itu ada dua perusahaan taksi, yakni Paritas Taxi dan Surya Taxi. Tak semua taksi menggunakan argometer untuk menentukan tarif penumpang.
"Kalau dari sumber buku dikatakan ada Taxi Surya yang ketika itu masih sewa tidak menggunakan argo. Namun Paritas sudah menggunakan sistem argometer dan sewa," kata Chrisyandi.
Taksi merupakan transportasi dengan menggunakan kendaraan roda empat berjenis sedan. Kapasitas penumpang sedikit, hanya empat-lima orang. Keberadaan taksi menurutnya karena Surabaya sudah masuk dalam kota menuju metropolitan ketika itu, perkembangan pesat terlihat. Sehingga perusahan transportasi mengembangkan taksi di Surabaya.
"Penumpangnya ketika itu sudah tidak bisa tawar menawar tarif karena sudah ada argometer. Namun juga ada taksi yang menggunakan sistem tarif berdasarkan waktu per jam," ujar pustakawan dari Universitas Ciputra itu.
Taksi ketika itu juga bersaing dengan transportasi lain seperti bemo, helicak, maupun bus kota. Namun, transportasi tersebut memang banyak dimanfaatkan oleh masyarakat menengah ke bawah. Beda dengan taksi yang dimanfaatkan oleh kalangan menengah ke atas. Maklum, tarifnya juga mahal.
Perkembangan taksi juga semakin pesat, Chrisyandi mengatakan, tahun 1990 setidaknya tujuh perusahaan taksi ada di Surabaya. "Karena sukses di tahun 1976. Jadi mereka banyak yang melirik bisnis taksi di Surabaya. Seperti Taxi Surya, Sandel, Zebra, Sumber Daya Alam, Merpati Wahan Taxi, Supra hingga Super Dinamika," pungkasnya.

