| dc.contributor.author | Tanjaya, Austin Fienessia | |
| dc.date.accessioned | 2025-12-03T12:24:03Z | |
| dc.date.available | 2025-12-03T12:24:03Z | |
| dc.date.issued | 2022 | |
| dc.identifier.uri | https://dspace.uc.ac.id/handle/123456789/8717 | |
| dc.description | The way of expressing oneself has recently become very fixated and limited to people's thinking. One of them is expression through how to dress. As we know & we apply now, all clothes are classified by gender, men's clothing or women's clothing. This tends to form a clear standard/delimitation between men's and women's clothing which makes a group of people uncomfortable in expressing themselves through clothing because this gender-based clothing classification makes them not brave/isolated when wearing clothes that are classified for the opposite gender. Therefore, this design is expected to provide a solution to the issue that is still life. This design is designed in a genderless manner to fade issues and provide solutions to gender classification in clothing, and is packaged using deconstruction techniques as an innovation that can be given to genderless clothing to make it more expressive and exploratory and not too minimalist. In addition, this deconstruction technique also uses materials in the form of used jeans to be recycled so that it supports the concept of sustainability by reviewing further data related to the terms deconstruction & genderless, then supporting data such as design elements and principles and finally collecting information by holding online interview sessions. and surveys to get maximum and objective results. | en_US |
| dc.description.abstract | Cara mengekspresikan diri akhir-akhir ini menjadi sangat terpaku dan terbatas pada pemikiran masyarakat. Salah satunya adalah berekspresi melalui cara berpakaian. Seperti yang kita ketahui dan kita terapkan sekarang, semua pakaian tergolong berdasarkan gender, pakaian khusus pria atau pakaian khusus wanita. Hal ini cenderung membentuk standar/batasan jelas antara busana pria dan wanita yang membuat sekelompok masyarakat menjadi tidak nyaman dalam mengekspresikan diri mereka melalui busana dikarenakan klasifikasi busana berdasarkan gender ini membuat mereka tidak berani/dikucilkan apabila memakai busana yang diklasifikasi untuk gender sebaliknya. Maka dari itu perancangan ini diharapkan dapat memberikan solusi dari isu yang masih marak terjadi tersebut. Perancangan busana ini didesain secara genderless untuk memudarkan isu dan memberikan solusi terhadap klasifikasi gender pada busana, dan dikemas dengan menggunakan teknik dekonstruksi sebagai inovasi yang dapat diberikan pada busana genderless agar lebih ekspresif dan eksploratif dan juga tidak terlalu minimalis. Metode yang digunakan dalam perancangan busana ini adalah tinjauan data lebih dalam mengenai konsep genderless dan dekonstruksi dan lalu mengumpulkan informasi dengan cara mengadakan sesi interview online dan survei. | en_US |
| dc.language.iso | id | en_US |
| dc.publisher | Universitas Ciputra | en_US |
| dc.subject | Ready-to-wear | en_US |
| dc.subject | Clothing Deconstruction | en_US |
| dc.subject | Baju Siap Pakai | en_US |
| dc.subject | Dekonstruksi Busana | en_US |
| dc.subject | Genderless | en_US |
| dc.title | Perancangan Busana Genderless Ready to Wear dengan Menggunakan Teknik Dekonstruksi | en_US |
| dc.type | Thesis | en_US |
| dc.identifier.kodeprodi | 90234 | |
| dc.identifier.nim | 0206051810018 | |
| dc.identifier.dosenpembimbing | Yoanita Kartika Sari Tahalele | |
| dc.identifier.dosenpembimbing | Enrico | |