| dc.description.abstract | Tuberkulosis (TB) paru dan kebiasaan merokok merupakan dua masalah kesehatan global yang saling berkaitan. TB, yang disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis, masih menjadi salah satu penyebab utama kematian akibat penyakit infeksi di dunia, dengan perkiraan 10 juta kasus baru setiap tahun (WHO, 2023). Di sisi lain, merokok telah lama dikenal sebagai faktor risiko berbagai penyakit pernapasan, termasuk penyakit paru obstruktif kronis (PPOK) dan kanker paru. Yang menarik, kedua kondisi ini memiliki gejala klinis yang tumpang tindih, terutama batuk kronis, sehingga seringkali menyulitkan diagnosis dini. | |
| dcterms.description | Tuberkulosis (TB) paru dan kebiasaan merokok merupakan dua masalah kesehatan global yang saling berkaitan. TB, yang disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis, masih menjadi salah satu penyebab utama kematian akibat penyakit infeksi di dunia, dengan perkiraan 10 juta kasus baru setiap tahun (WHO, 2023). Di sisi lain, merokok telah lama dikenal sebagai faktor risiko berbagai penyakit pernapasan, termasuk penyakit paru obstruktif kronis (PPOK) dan kanker paru. Yang menarik, kedua kondisi ini memiliki gejala klinis yang tumpang tindih, terutama batuk kronis, sehingga seringkali menyulitkan diagnosis dini. Studi epidemiologis menunjukkan bahwa merokok tidak hanya meningkatkan risiko infeksi TB sebanyak 2–3 kali lipat, tetapi juga memperburuk perjalanan penyakit dan hasil pengobatan (Lin et al., 2020). Mekanisme biologis di balik hubungan ini meliputi gangguan fungsi makrofag alveolar, penurunan respons imun seluler, dan kerusakan sawar mukosiliar saluran napas. Selain itu, merokok dapat mempercepat perkembangan dari infeksi TB laten menjadi TB aktif, terutama pada individu dengan sistem imun yang sudah lemah. | |