PERBEDAAN SIKAP ANTARA DOKTER DAN PSIKOLOG KLINIS TERHADAP PENGOBATAN KOMPLEMENTER ALTERNATIF HERBAL DALAM PENGOBATAN TERINTEGRASI HOLISTIK
Abstract
Berkembangnya PKA juga dirasakan oleh masyarakat Indonesia. Pada tahun 2013 menurut data Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Riset Kesehatan Dasar Republik Indonesia sebanyak 30,4% masyarakat Indonesia telah menggunakan PKA, khususnya herbal sebanyak 49,0%. Definisi herbal adalah bahan yang berasal dari bagian - bagian tumbuhan seperti daun, akar, batang, bunga, dan buah yang mengandung bahan yang berkhasiat bagi tubuh sehingga digunakan untuk pengobatan. Manfaat herbal sendiri adalah sebagai pencegahan dan pengobatan penyakit seperti meningkatkan daya tahan tubuh, meningkatkan vitalita s, dan pengobatan penyakit infeksi. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah ada perbedaan sikap terhadap Pengobatan Komplementer Alternatif (PKA) “herbal” pada dokter dan psikolog klinis . Penelitian ini dilakukan dengan pendekatan kuantitatif non-eksperimental menggunakan metode penelitian komparatif. Pengumpulan data dilakukan dengan instrumen berupa kuisioner yang disebarkan kepada 20 psikolog klinis dan 20 dokter di Kota Surabaya. Penelitian yang digunakan dalam penelitian ini dimodifik asi dari penelitian sebelumnya yaitu Psychologists Attitudes Towards Complementary and Alternative Therapies ( PATCAT ) Quesionnaire . Tahapan analisis data yang dilakukan adalah skoring, tabulasi data, uji asumsi yang meliputi uji normalitas dengan Kolmogorov Smirnov test . Uji hipotesis menggunakan Mann - Whitney U dengan tingkat signifikansi 5%. Hasil uji hipotesis yang diajukan menyatakan bahwa p - value sebesar 0,212 ( p> 0,05). H al ini menunjukkan bahwa gagal menolak Ho. Hasil menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan sikap antara dokter dan psikolog klinis terhadap Pengobatan Komplementer Alternatif (PKA) herbal dalam pengobatan terintegrasi holistik. Bagi penelitian selanjutnya diharapkan dapat melihat lebih lanjut mengenai sikap antara dokter dan psikolog klinis terhadap PKA herbal untuk melihat apakah dapat ditemukan adanya korelasi, tidak hanya pada jenis kelamin, status pendidikan, dan mendapatkan rekomendasi PKA dari rekan kerja atau atasan.

