PERBEDAAN RESILIENSI BERDASARKAN DIMENSI KEPRIBADIAN EXTRAVERSION PADA MAHASISWA PERANTAU TAHUN PERTAMA DI UNIVERSITAS X SURABAYA
Abstract
Tahun pertama merupakan tahun yang sulit bagi mahasiswa karena transisi pendidikan tersebut diikuti oleh perubahan lainnya. Mulai dari sistem perkuliahan hingga pertemanan. Tekanan ini ditambah dengan absennya orangtua bagi mahasiswa perantau. Mahasiswa perantau memerlukan resiliensi untuk mengatasi tekanan -tekanan yang ada di tahun pertama. Resiliensi adalah proses seseorang untuk bertahan dan meraih yang lebih baik di situasi tertekan. Resiliensi tersebut dipengaruhi oleh berbagai faktor, salah satunya aset individu yaitu kepribadian. Eysenck menjelaskan bahwa salah satu dimensi yang dapat digunakan sebagai prediktor perilaku adalah dimensi extraversion . Dimensi tersebut membedakan orang berdasarkan sosiabilitas dan sikap asertif. Maka dari itu, tujuan penelitian ini adalah mengetahui apakah terdapat perbedaan resiliensi berdasarkan dimensi extraversion pada mahasiswa perantau di tahun pertama. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif komparatif. Populasinya adalah mahasiswa perantau tahun pertama di Universitas X Surabaya. Metode sampling yang digunakan adalah simple random sampling . Jumlah subjek dalam penelitian ini adalah 168 subjek. Alat ukur dalam penelitian ini adalah skala resiliensi RS-14 Wagnild dan Young dan skala EPQRS untuk dimensi extraversion . Kedua alat ukur telah diadaptasi dalam Bahasa Indonesia dan telah melalui proses uji bahasa. Pengujian dilakukan dengan Uji nonparametrik Kruskal-Wallis karena data terdistribusi tidak normal. Hasil menunjukkan bahwa terdapat perbedaan resiliensi yang signifikan ( p-value 0,000) antar kelompok dalam dimensi extraversion pada mahasiswa perantau tahun pertama. Hal ini menunjukkan bahwa sosiabilitas dan sikap asertif pada mahasiswa perantau yang cenderung extravert , membantu mereka mendapatkan coping efektif dan bantuan. Keduanya membantu mahasiswa membentuk resiliensi di tahun pertamanya. Maka dari itu, pihak universitas disarankan membuat lingkungan yang kondusif bagi mahasiswa perantau di tahun pertamanya melalui consultation center.

