| dc.description.abstract | Latar belakang: Refleksi dibutuhkan dokter dalam memaknai pengalamannya dan menyadari keterbatasannya
sehingga akan mendukung belajar sepanjang hayat. Pada pembelajaran kedokteran, refleksi diri dapat
memotivasi peserta didik. Tujuan penelitian ini adalah menggali pengalaman peserta didik terhadap
pembelajaran refleksi melalui penugasan refleksi diri.
Metode: metode penelitian menggunakan jenis kualitatif dengan subyek penelitian adalah 15 peserta didik
kedokteran tahun pertama. Refleksi diajarkan di awal pendidikan dan dipraktikkan pada mata kuliah desain
inovasi dengan pemberian tugas menulis refleksi diri setiap minggu. Pengalaman menulis refleksi diri digali
melalui wawancara kelompok (FGD) dan wawancara mendalam. Pertanyaan terbuka diberikan kepada
partisipan, hasil wawancara di rekam, di transkrip dan dilakukan open coding.
Hasil: Dilakukan wawancara dua kali dan dan beberapa partisipan dilakukan wawancara mendalam. Hasil
penelitian dibagi menjadi 5 tema, yaitu persepsi, mawas diri, perbaikan ke depan, aturan, dan lainnya.
Partisipan menyatakan senang terhadap refleksi diri, bermanfaat untuk introspeksi, dan perbaikan ke
depan. Perbaikan ke depan beragam dari belum ada perubahan hingga didapatkan perubahan cara pandang
bahkan perubahan tindakan yaitu lebih disiplin. Aturan minimal jumlah kata dalam penugasan refleksi
diri menjadi hal yang tidak menyenangkan partisipan dan dapat membuat narasi refleksi diri sekenanya.
Frekuensi penulisan refleksi diri yang dilakukan setiap minggu dirasakan cukup membebani partisipan.
Lainnya menarik pada pernyataan partisipan terkait kegiatan menulis refleksi yang dirasakan bermanfaat
sebagai bagian dari pembelajaran sebagai penulis.
Kesimpulan: persepsi peserta didik terhadap pembelajaran refleksi menyenangkan dan bermanfaat tetapi
peserta didik mengeluhkan aturan pada penugasan refleksi sehingga diperlukan desain pembelajaran refleksi
yang relevan dan kontekstual. | en_US |