Show simple item record

dc.contributor.authorHaryono, Cosmas Gatot
dc.date.accessioned2024-01-10T01:40:15Z
dc.date.available2024-01-10T01:40:15Z
dc.date.issued2020
dc.identifier.issnISSN (Print) 1979-2522 ISSN (Online) 2549-0168
dc.identifier.urihttps://dspace.uc.ac.id/handle/123456789/6951
dc.description.abstractKapitalis (melalui iklan) memanfaatkan kondisi manusia yang terjebak dalam kehidupan yang dipenuhi dengan simulasi untuk mencapai keuntungan mereka. Menurut Jean P. Baudrillard, manusia telah terjerembab dalam ruang simulakra dan kehidupan hiperealis unt uk kepentingan perluasan penetrasi produk mereka. Situasi ini dimanfaatkan sebagai sarana untuk memberikan fantasi-fantasi ataupun simulasi-simulasi lain sehingga menyebabkan manusia tidak bisa lagi membedakan mana yang asli dari yang palsu, yang real da ri yang virtual, yang nyata dari fantasi. Media massa (terutama melalui iklan dan film) mempunyai peranan yang sangat besar dalam meciptakan dunia simulacra ini. Film dan iklan menyuguhkan begitu banyak kehidupan yang penuh dengan hiperrealitas. Penulis sangat tertarik untuk mengkaji permasalahan ini dan menggunakan analisis naratif Todorov untuk membongkar iklan komersial Ramayana Departement Store episode #DisneyHakSegalaBangsa yang peneliti pilih sebagai obyek penelitian. Hasilnya menunjukkan bahwa manusia tidak bisa dilepaskan dari lingkaran kepalsuan yang digambarkan sebagai “sebuah lingkaran setan kehidupan” karena pada waktunya siapapun korban dari kepalsuan juga akan melakukan hal yang sama kepada yang lainnya. Melalui iklan ini, Ramayana menggambarkan dirinya sendiri sebagai sumber keaslian yang sebenarnya, dimana kegembiraan dan semua impian akan terwujud. Ramayana hendak menggiring pola konsumsi masyarakat Indonesia agar tetap berada dalam keadaan, dimana mereka terjebak pada komsumsi yang salah kaprah dan menjadi semakin terjerembab dalam pola konsumsi yang kehilangan esensi karena hanya melihat eksistensi dan citra dirinya. Peneliti menyarankan agar masyarakat tidak mudah tergiur oleh berbagai promosi dan iklan produk yang cenderung menipu, melainkan mengkonsumsi barang sesuai dengan kebutuhan. Dengan demikian masyarakat bisa keluar dari lingkaran setan kepalsuan.en_US
dc.publisherUIN SUNAN KALIJAGAen_US
dc.subjectIklanen_US
dc.subjectSimulasien_US
dc.subjectSimulacraen_US
dc.subjectHiperrealitasen_US
dc.titleKEPALSUAN HIDUP DALAM HIPERREALITAS IKLANen_US
dc.typeArticleen_US


Files in this item

Thumbnail
Thumbnail
Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record