Show simple item record

dc.contributor.authorSantoso, Anna Lewi
dc.contributor.authorRambung, Etha
dc.contributor.authorSantoso, Jemima Lewi
dc.date.accessioned2024-02-09T03:05:53Z
dc.date.available2024-02-09T03:05:53Z
dc.date.issued2023
dc.identifier.issn29855578
dc.identifier.urihttps://dspace.uc.ac.id/handle/123456789/7115
dc.description.abstractLatar Belakang: Inflammatory Bowel Disease (IBD) merupakan penyakit kronik idiopatik yang etiologinya disebabkan oleh gut microbiota, faktor genetik dan inflamasi kronik, dapat mengenai multi organ dengan manifestasi pada intestinal dan extraintestinal. IBD dapat berhubungan dengan gangguan sistem saraf (penyakit cerebrovascular, gangguan kesehatan mental). Pelepasan cytokine pada IBD dapat memberi efek pada fungsi neurobehavioral dan dapat menyebabkan efek negatif pada emosi dan memori, adanya inflamasi dapat menginduksi disregulasi hypothalamic-pituitary-adrenal axis dan merubah blood brain barrier, sehingga mediator inflamasi meningkat pada CNS, metabolisme neurotransmitter di area regulasi emosi, misal: nucleus accumbens, amygdale dan hippocampus. Faktor psychology, misalnya stres dapat mempengaruhi fungsi gastrointestinal, meningkatkan motilitas dan permeabilitas intestinal, mast cell teraktivasi. IBD pada GUT berpengaruh pada taste, visceral sensitivity dan motility, pada brain yaitu respon stres, mood dan cognitive behavior. Transmisi glutamat juga mempengaruhi patogenesis dari inflammatory bowel disease. Gangguan mood dan meningkatnya stres pada pasien IBD dapat menimbulkan penyakit tersebut muncul lagi dan lebih parah dari sebelumnya. Bakteri pada gut microbiome dapat mengaktifkan imun, permeabilitas intestinal, reflek enterik, sistem endokrin, yang akan mencapai otak melalui nerv vagus, Tujuan: Menjelaskan hubungan penyakit inflammatory bowel disease dengan kesehatan mental pada interaksi gut-brain axis. Artikel ini akan lebih membahas glutamate sebagai neurotransmiter/neuromodulator pada axis gut-brain. Metode Penelitian: Beberapa jurnal dan artikel yang menulis adanya interaksi antara GUT dan sistem saraf pusat (Gut-Brain Axis). Hasil: Pada studi epidemiologi pasien IBD lebih sering memiliki juga gangguan mental/ neuropsychiatric seperti autism, depression, dementia dan schizophrenia dibandingkan populasi umum. Diskusi: Intergrasi saraf, imun dan sistem endokrin dapat mempengaruhi perkembangan inflamasi secara lokal dan dapat berakibat pada otak bagian tertentu yang mendasari adanya aspek psikologi pasien IBD. Simpulan: Penatalaksanaan pasien IBD dengan gangguan kesehatan mental, diperlukan kerjasama antara dokter gastroenterologist, psikiatris dan keluarga pasien.en_US
dc.publisherUniversitas Lambung Mangkuraten_US
dc.subjectInflammatory Bowel Diseaseen_US
dc.subjectGut-Brain Axisen_US
dc.subjectKesehatan mentalen_US
dc.titleHUBUNGAN INFLAMMATORY BOWEL DISEASE DAN KESEHATAN MENTALen_US
dc.typeArticleen_US


Files in this item

Thumbnail
Thumbnail
Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record