| dc.description.abstract | cHelicobacter pylori merupakan bakteri gram negatif yang menjadi penyebab utama gastritis kronis, ulkus peptikum, limfoma MALT, dan karsinoma lambung. Pengobatan standar untuk eradikasi H. pylori umumnya melibatkan kombinasi inhibitor pompa proton (PPI) dengan dua agen antibiotik seperti amoksisilin, klaritromisin, metronidazol, levofloxasin, atau tetrasiklin. Namun, tingkat keberhasilan terapi ini semakin menurun disebabkan oleh meningkatnya resistensi antibiotik di berbagai wilayah, terutama terhadap klaritromisin, metronidazol, dan levofloxasin. Resistensi ini dipengaruhi oleh penggunaan antibiotik yang luas dalam komunitas, baik untuk infeksi lain maupun pengobatan sendiri, serta variasi geografis dan etnis. Data resistensi primer dan sekunder sangat penting untuk menyesuaikan strategi pengobatan lini pertama guna meningkatkan tingkat eradikasi dan mencegah resistensi sekunder yang lebih sulit diatasi. Berbagai metode deteksi resistensi, termasuk teknik molekuler seperti PCR dan sequencing genetik, semakin berkembang dan memungkinkan identifikasi cepat mutasi terkait resistansi tanpa membutuhkan kultur bakteri. Meningkatkan pengawasan resistensi, melakukan pengujian profil resistensi secara lokal, dan merancang regimen terapi yang disesuaikan berdasarkan profil resistensi di populasi masing-masing akan sangat membantu dalam meningkatkan keberhasilan eradikasi, meminimalkan risiko komplikasi, dan mencegah munculnya resistensi silang yang lebih parah di masa depan. Upaya bilateral tersebut sangat penting demi keberlanjutan pengelolaan infeksi H. pylori secara efektif dan aman. | en_US |