Resep Kreasi Olahan Pangan Berbahan Dasar Pangan Lokal di Bromo

Date
2023Author
Minantyo, Hari
Sahertian, Juliuska
Krisbianto, Oki
Tanjaya, Timotius
Syaiful, Lucilla Bilkis
Puspita, Tabita Yunia
Napitupulu, Mikael Marhal
Zahru, Oktavidiayu Aminatus
Ngawi, Imelda Agustina
Muljadi, Faynscha Clarence
Wijaya, Elizabeth Angela
Alexander, Gabriel
Sudibyo, Theodora Kezia
Kartika, Christiana
Mutiarani, Natasya Shaula
Yobellino, Kevin Marsekal
Salim, Henry
Sutanto, Regina Tania
Metadata
Show full item recordAbstract
Jagung merupakan hasil tanaman pangan yang banyak dibudidayakan
oleh para petani yang ada di Indonesia. Jenis jagung yang ditanam oleh
para petani ada yang berwarna merah dan warna putih, bahkan saat ini
sudah ada jagung juga yang berwarna hitam. Sebagai hasil pertanian, jagung
ini bisa digunakan sebagai makanan pokok di beberapa daerah yang ada di
Indonesia. Selain sebagai makanan pokok, jagung yang ditanam di Indonesia
ini juga digunakan untuk makanan ternak seperti burung, ayam, dan lainnya.
Suku Tengger yang ada di pulau Bromo menggunakan jagung yang berwarna
putih ini sebagai makanan pokok mereka yang diolah menjadi aron.
Aron adalah makanan pokok bagi masyarakat Suku Tengger yang ada
di sekitar pulau Bromo seperti di desa Wonokitri, di desa Tosari dan lainnya
. Aron ini dibuat dari jenis jagung yang warnanya putih. Aron dipercaya oleh
masyarakat Suku Tengger sebagai makanan pokok yang bisa meningkatkan
stamina dalam mereka melakukan aktifitas sehari-hari dalam bertani. Selain
menjadi makanan pokok oleh masyarakat Suku Tengger. Aron ini juga
digunakan pada saat ada acara-acara khusus dalam Suku Tengger sebagai
sesaji seperti acara keagamaan, acara kelahiran, tugel kuncung, pernikahan,
nyewu, membangun rumah atau fasilitas-fasilitas lainnya.
Keunikan dari aron ini menurut ketua adat di desa Wonokitri ini, jika
digunakan sebagai makanan pokok oleh masyarakat di desa Wonokitri ini
adalah cara makannya. Cara makan aron tidak bisa langsung dimakan
bersamaan dengan lauknya, tetapi harus dimakan secara berganian antara
aron, kuah dan lauk pauk sebagai pendampingnya. Sedangkan menurut
penjelasan dari Bapak Digdaya Ketua PHRI Probolinggo saat diwawancarai,
Aron yang dikonsumsi masyarakat didesa Tosari ini saat makan dilakukan
didepan tungku perapian secara bersama-sama sambil ngobrol (jagongan).
Proses membuat aron disini membutuhkan waktu yang berbulan-bulan dan
aron ini bisa disimpan untuk jangka waktu yang cukup lama. Aron yang
hanya sebagai makanan pokok dan digunakan pada acara-acara ritual
keagaman dan belum banyak dimunculkan menjadi kreasi hasil olah pangan
yang menarik, maka tim dalam penelitian ini membuat resep kreasi hasil
olah pangan berbahan dasar aron ini dengan tujuan bisa membantu warga
sekitar gunung Bromo ini untuk berkreasi membuat produk dari aron ini agar
bisa membantu mengembangkan dan melestarikan makanan khas ini bisa
dijual untuk oleh-oleh khas bagi wisatawan yang berkunjung di gunung
Bromo.
