PENGARUH LETAK GEOGRAFIS DAN METODE PENYEDUHAN TERHADAP KADAR KAFEIN DARI TIGA JENIS BIJI KOPI ASLI INDONESIA
Abstract
Tujuan dari penelitian ini yaitu untuk mengetahui apakah letak geografis dan
metode penyeduhan memberikan efek kepada kadar kafein dari biji kopi yang
diseduh. Untuk sampel yang diteliti adalah sebanyak 30 orang dengan kriteria
berusia diatas 17 tahun, memiliki pengetahuan dasar dalam pengolahan dan
pemrosesan kopi, serta terbiasa mengkonsumsi kopi tanpa tambahan gula. Teknik
pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini dilakukan dengan
pembagian kuesioner yang menggunakan skala Likert. Variabel yang digunakan
penulis sebagai variabel bebas adalah letak geografis dan metode penyeduhan
sedangkan untuk variabel terikat adalah kadar kafein. Selanjutnya, penulis
mengolah data hasil penelitian menggunakan software SPSS 19 for windows untuk
memperoleh kesimpulan yang signifikan berdasarkan hasil penelitian tersebut.
Berdasarkan pengujian hipotesis yang telah dihitung menggunakan software
SPSS, maka didapat kesimpulan bahwa letak geografis dan metode penyeduhan
memberikan pengaruh signifikan terhadap kadar kafein. Dalam penelitian ini juga
dilakukan pengujian kadar laboratorium untuk mengetahui nilai kadar kafein dari
masing-masing biji kopi yang digunakan. Dalam penelitian ini jenis biji kopi yang
digunakan adalah Aceh Gayo, Bali Kintamani, dan Papua Wamena. Hasil dari
pengujian laboratorium menunjukkan hasil bahwa metode penyeduhan espresso
memiliki kandungan kafein dengan kadar paling tinggi yaitu 0,363% untuk kopi
Aceh Gayo, 0,339% untuk kopi Bali Kintamani, dan 0,390% untuk kopi Papua
Wamena. Sedangkan untuk metode penyeduhan yang menghasilkan kadar kafein
tertinggi nomor dua adalah menggunakan metode V60 dimana kopi Aceh Gayo
menghasilkan kadar kafein sebesar 0,045%, Bali Kintamani sebesar 0,041%, dan
Papua Wamena sebesar 0,039%. Sedangkan metode penyeduhan yang
menghasilkan kopi dengan kadar kafein terendah adalah menggunakan metode
Syphon dimana kopi Aceh Gayo menghasilkan kadar kafein sebesar 0,011%, Bali
Kintamani sebesar 0,027% dan Papua Wamena sebesar 0,0074%.
