Show simple item record

dc.contributor.authorWIDARSONO, ALVIN SAPUTRA
dc.date.accessioned2020-01-14T08:28:06Z
dc.date.available2020-01-14T08:28:06Z
dc.date.issued2019
dc.identifier.urihttp://dspace.uc.ac.id/handle/123456789/2137
dc.description.abstractTujuan dari penelitian ini yaitu untuk mengetahui apakah letak geografis dan metode penyeduhan memberikan efek kepada kadar kafein dari biji kopi yang diseduh. Untuk sampel yang diteliti adalah sebanyak 30 orang dengan kriteria berusia diatas 17 tahun, memiliki pengetahuan dasar dalam pengolahan dan pemrosesan kopi, serta terbiasa mengkonsumsi kopi tanpa tambahan gula. Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini dilakukan dengan pembagian kuesioner yang menggunakan skala Likert. Variabel yang digunakan penulis sebagai variabel bebas adalah letak geografis dan metode penyeduhan sedangkan untuk variabel terikat adalah kadar kafein. Selanjutnya, penulis mengolah data hasil penelitian menggunakan software SPSS 19 for windows untuk memperoleh kesimpulan yang signifikan berdasarkan hasil penelitian tersebut. Berdasarkan pengujian hipotesis yang telah dihitung menggunakan software SPSS, maka didapat kesimpulan bahwa letak geografis dan metode penyeduhan memberikan pengaruh signifikan terhadap kadar kafein. Dalam penelitian ini juga dilakukan pengujian kadar laboratorium untuk mengetahui nilai kadar kafein dari masing-masing biji kopi yang digunakan. Dalam penelitian ini jenis biji kopi yang digunakan adalah Aceh Gayo, Bali Kintamani, dan Papua Wamena. Hasil dari pengujian laboratorium menunjukkan hasil bahwa metode penyeduhan espresso memiliki kandungan kafein dengan kadar paling tinggi yaitu 0,363% untuk kopi Aceh Gayo, 0,339% untuk kopi Bali Kintamani, dan 0,390% untuk kopi Papua Wamena. Sedangkan untuk metode penyeduhan yang menghasilkan kadar kafein tertinggi nomor dua adalah menggunakan metode V60 dimana kopi Aceh Gayo menghasilkan kadar kafein sebesar 0,045%, Bali Kintamani sebesar 0,041%, dan Papua Wamena sebesar 0,039%. Sedangkan metode penyeduhan yang menghasilkan kopi dengan kadar kafein terendah adalah menggunakan metode Syphon dimana kopi Aceh Gayo menghasilkan kadar kafein sebesar 0,011%, Bali Kintamani sebesar 0,027% dan Papua Wamena sebesar 0,0074%.en_US
dc.languageBahasa Indonesia
dc.language.isootheren_US
dc.publisherUniversitas Ciputra Surabayaen_US
dc.subjectKadar Kafein, Letak Geografis, Metode Penyeduhanen_US
dc.titlePENGARUH LETAK GEOGRAFIS DAN METODE PENYEDUHAN TERHADAP KADAR KAFEIN DARI TIGA JENIS BIJI KOPI ASLI INDONESIAen_US
dc.typeThesisen_US
dc.identifier.nidn0710028402
dc.identifier.kodeprodi93205
dc.identifier.nim40215061
dc.identifier.dosenpembimbingMOSES SOEDIRO


Files in this item

Thumbnail
Thumbnail
Thumbnail
Thumbnail
Thumbnail
Thumbnail
Thumbnail
Thumbnail
Thumbnail
Thumbnail
Thumbnail
Thumbnail
Thumbnail
Thumbnail
Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record