| dc.description.abstract | Industri Fashion adalah industri penghasil limbah terbesar kedua di dunia karena tuntutan kecepatan fast
Fashion. Akibatnya, di Indonesia, terjadi tuntutan tinggi akan produksi batik dengan harga yang lebih rendah sehingga industri batik menjadi UMKM penghasil emisi karbon tertinggi karena tingginya penggunaan
kerosin, listrik, pewarna sintetis, konsumsi air, dan menimbulkan pencemaran di sungai-sungai. Namun,
batik merupakan warisan budaya yang ditetapkan oleh UNESCO, sehingga diperlukan suatu alternatif
batik yang lebih ramah lingkungan, contohnya Batik Mangrove. Berdasarkan karakteristiknya, Batik Mangrove cocok untuk dijadikan resort wear. Penelitian dilakukan dengan metode observasi dan wawancara
untuk pengumpulan data primer yang bersifat kualitatif dan kuesioner untuk memperoleh data kuantitatif.
Subjek penelitian adalah 6 orang expert di bidang batik dan wastra, design grafis, dan pewarnaan alam,
beserta 12 orang extreme user. Hasilnya, proyek kolaborasi Batik SeRu dan Angie Alexandra berupa
Koleksi Hangrungkebi, yang terinspirasi dari keindahan lautan Indonesia. Pembuatannya dikerjakan secara ramah lingkungan dengan menggunakan pewarna alam dari limbah mangrove. Sebagian dari hasil
penjualan dialokasikan untuk konservasi mangrove dan pemberdayaan masyarakat. | en_US |