ANALISIS REBRANDING PADA FIET CULTURE
Abstract
Pandemi Covid-19 yang terjadi di Indonesia membuat sebagian masyarakat Indonesia tertarik melakukan olahraga bersepeda, baik dari kalangan anak-anak hingga lansia. Ketertarikan tersebut berdampak pada peningkatan pembelian sepeda pada awal Maret 2020 yakni setelah pemerintah Indonesia menyatakan bahwa Indonesia telah dilanda Covid-19. Sepeda menjadi salah alternatif transportasi dan menjadi sebuah gaya hidup untuk menjaga kebugaran badan. Salah satu destinasi pariwisata masyarakat untuk berolahraga yang semakin berkembang pada masa Covid-19 adalah Provinsi Bali. Peningkatan tersebut dapat dilihat dari jumlah pesepeda yang semakin banyak dibandingkan tahun-tahun sebelumnya. Cycling Hub Bali menjadi salah satu usaha bisnis pariwisata berbasis olahraga khususnya sepeda dimana seiring berkembangnya bisnis tersebut, mereka mengalami kesulitan dalam bersaing dengan bengkel – bengkel besar lainnya sehingga melakukan rebranding menjadi Fiet Culture. Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui proses rebranding dengan tahapan repositioning, renaming, redesigning, relaunching Cycling Hub Bali menjadi Fiet Culture. Peneliti memilih mengaplikasikan metode pendekatan kuasi-kualitatif pada penelitian ini dimana penelitian mengumpulkan data melalui wawancara dengan tiga orang narasumber dan studi dokumentasi. Data diolah dan dianalisis menggunakan tradisi teori rebranding menurut Muzellec, Doogan & Lambkin. Teknik wawancara dilakukan sesuai dengan pedoman wawancara. Penelitian ini menggunakan triangulasi sumber dan triangulasi ahli untuk memvalidasi data. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa proses repositioning berupa Fiet Culture mengubah konsep bengkel sepeda menjadi toko sepeda dan coffee shop sebagai cara untuk membentuk keposisian Fiet Culture di benak masyarakat. Pada proses renaming berupa Fiet Culture memiliki filosofi nama dan slogan mengambarkan brand yang menjelaskan keunikan dari value Fiet Culture sehingga menjadi pembeda dari kompetitor lainnya. Selanjutnya pada proses redesigning berupa perubahan desain seperti logo, warna, dan font Fiet Culture untuk merepsentasikan kepada segala kalangan yang sesuai dengan konsep Fiet Culture. Pada proses relaunching berupa melakukan konvoi DJ sepeda dengan perencanaan bersama tim relaunching terlaksana secara matang, komunikasi yang baik serta hasil evaluasi yang baik. Dalam penelitian ini, peneliti juga menemukan aspek yang ikut dipertimbangkan dalam proses rebranding Cycling Hub Bali menjadi Fiet Culture yaitu budaya, dan interaksi konsumen.

