PENERIMAAN PASAR PRODUK OLAHAN PANGSIT DENGAN PEMANFAATAN BUBUK TULANG AYAM
Abstract
Tujuan dari penelitian ini yaitu untuk mengetahui apakah limbah tulang ayam dapat digunakan sebagai bahan substitusi perekat menggantikan tepung tapioka dalam pembuatan pangsit ayam dan apakah produk olahan pangsit ayam dengan pemanfaatan bubuk tulang ayam ini dapat diterima oleh pasar. Penelitian ini merupakan penelitian pengembangan kreasi produk yang menggunakan uji organoleptik dan uji minat pasar untuk mengumpulkan data. Peneliti melakukan uji organoleptik kepada 90 panelis yang berbeda dalam tiga kali pengulangan untuk mengetahui sampel produk yang terbaik dan disukai oleh panelis. Untuk pengumpulan data uji organoleptik peneliti membagikan kuesioner yang menggunakan skala hedonik. Hasil data kemudian peneliti analisis menggunakan ANOVA untuk mengetahui sampel produk yang terbaik dan paling disukai. Berdasarkan uji ANOVA produk pangsit ayam dengan pemanfaatan bubuk tulang ayam yang paling disuka yaitu menggunakan perlakuan pengeringan tulang dengan oven dengan substitusi sebanyak 25% dari jumlah tepung tapioka. Maka sampel yang disuka tersebut yang dipilih untuk dijual. Dari hasil data uji minat pasar yang dilakukan dengan membagikan kuesioner produk ini layak dipasarkan menurut informan dengan harga satu pack Rp. 15.000 dengan menggunakan kemasan Chinese box untuk pangsit goreng dan penjualan pangsit frozen menggunakan vacuum pack. Untuk media penjualan produk informan lebih banyak memilih menggunakan media online seperti Instagram dan Whatsapp. Dari hasil wawancara yang diperiksa menggunakan triangulasi produk olahan pangsit ayam dengan pemanfaatan bubuk tulang ayam ini mendapat respon yang baik. Hasil penelitian menunjukan (1) Konsumen membeli pangsit karena rasa penasaran dengan pemanfaatan bubuk tulang ayam, (2) Konsumen membeli produk dengan mempertimbangkan beberapa faktor pemilihan makanan berikut faktor kesehatan, faktor kemudahan, faktor daya tarik sensori, faktor kandungan alami, faktor harga, faktor familier, faktor perhatian etika kemasan, dan faktor persepsi risiko.